This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 15 Februari 2011

Membiasakan diri

saya ingin menghimbau kepada diri saya sendiri dan bagi yang membacanya untuk selalu koreksi diri, mari kita cari dulu kesalahan-kesalahan kita baru berlanjut ke kesalahan-kesalahan orang lain. Tapi saya yakin jika kita mau jujur dan benar-benar mau koreksi diri kita, tentunya kita akan malu untuk koreksi kesalahan-kesalahan orang lain karena gimana kita mau mengadili orang lain sedangkan diri kita sendiri aza masih jauh dari kebenaran. “munafik” begitulah kata yang tepat ditujukan untuk “manusia” (termasuk diri saya). Bisanya dan sukanya adalah mencari kesalahan-kesalahan orang lain, bisanya mengomentari apa yang dilakukan orang lain tanpa mau mencari kesalahan-kesalahn diri, bahkan kadang sudah tau salah masih tidak mau mengakui atau tidak mau tau malah.
Mudah-mudahan kata “munafik” yang terpatri untuk sebutan manusia itu bisa sedikit demi sedikit kita hilangkan dengan tidak salingnya kita mencari kesalahan sesamanya. Kalau perlu kita yang Tanya kepada orang lain dimana kesalahan kita untuk mengoreksi diri kita. Saya yakin itu belum banyak terjadi atau bahkan mungkin belum ada. Kebanyakan manusia sibuk dengan mencari kesalahan orang lain dan kemudian membuat vonis apakah orang itu baik atau tidak tanpa melihat  sisi lain orang yang dinilai. Dan selalu menganggap dirinya benar tanpa melihat sisi dirinya yang salah. Apakah itu adil? Apakah itu wajar? Sangat adil dan sangat wajar bagi yang menilai, tapi bagi yang divonis…. Hiks….hiks…. kasian sekali, kadang kalau kita sudah divonis “tidak baik”, maka kita merasa seperti tidak ada kesempatan untuk membenahi diri. Dan orang yang memvonis kita “tidak baik” juga tidak akan sedikitpun memberi kesempatan buat kita membenahi diri karena kita sudah dianggap “tidak baik”.
Sekali lagi saya himbau (termasuk kepada diri saya sendiri), mari kita temukan dulu kesalahan-kesalahan kita sebelum mencari kesalahan orang lain, mari kita vonis dan kita nilai dulu gimana diri kita sebelum kita menilai dan menvonis orang lain…. Mari kita bersibuk ria mencari dan memperbaiki kesalahan kita dan saya yakin seyakin-yakinnya jika kita bersibuk ria mencari dan memperbaiki kesalahan kita, maka sampai kapanpun kita tidak akan disibukkan dengan kesalahan orang lain karena kita tidak akan pernah selesai mencari dan memperbaiki kesalahan kita.

Koreksi diri

Mari Berbenah Diri

Sekarang apa yang disebut dengan menyampaikan kebenaran itu sudah dianggap suatu keanehan. Dan sebuah perbuatan menyimpang malah menjadi kebiasaan. Terbalik ya, koq bisa? Gak tau juga, kadang bikin mumet mikirinnya.
Ingin berubah lebih baik tapi sangat sedikit yang mau ikut berubah. Slogan membenahi diri sendiri jadi terasa basi, karena kenyataan tidak banyak juga orang yang mau berbenah. Jika benar semua individu mempunyai niat tulus dan tekad kuat, tidak mungkin Indonesia mundur terlalu lama dalam kubangan penderitaan.
Kita bisa berkaca pada Jepang. Negara itu hancur porak poranda akibat PD II dan bom di Hiroshima juga Nagasaki. Tetapi Jepang tidak berpangku tangan atau terlalu lama dalam kesedihan, hingga akhirnya kini Jepang merupakan salah satu negara termaju di dunia. Kenapa? Karena mempunyai masyarakat dan individu yang begitu menjunjung tinggi mental disiplin, rasa tanggung jawab, harga diri, pantang mengemis, berjiwa malu, dll.
Sudah sepatutnya jika benar kita ingin terlepas dari ‘penjajahan’ semua bidang demi menuju bangsa yang mandiri, jangan lagi ada slogan kosong tanpa makna. Buktikan kita juga bisa menjadi bagian dari negara yang bisa maju, atau minimal bukan sebagai bangsa pengemis, bangsa provokator, bangsa korupsi, bangsa hipokrit, bangsa tertinggal dan terbelakang.
Ah, baliknya tetap saja pada kalimat ‘perbaiki diri sendiri’. Lalu, sudah berapa banyak orang yang menyadari kalimat itu?
“Tuhan tak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang mau merubahnya